Arti Suka Sebenarnya
Rasanya aku
sangat membenci dunia ini. Mengingat apa yang terjadi membuatku ingin terus
menangis, semua terjadi begitu saja. Sudah lama sekali, saat aku menyukai seorang
perempuan. Aku terus menatap perempuan itu, itu membuatku merasa sedikit senang seolah
semua bebanku menghilang. Setiap kali aku bertemu dengannya aku terus menatap
wajahnya. Aku hanya bisa mengaguminya sekarang, aku terus bertanya di dalam
hatiku “Siapa dia? Siapa dia?” Satu-satunya orang yang membuatku sangat
penasaran. Sampai suatu ketika aku sudah lulus dari SMA. Aku masuk kuliah di
Universitas Negeri di daerahku. Di sana memang banyak perempuan tapi aku merasa
hanya dia orang yang selalu membuatku merasa senang.
Sampai
suatu ketika saat ospek, kami melakukan presentasi perkenalan diri dan beberapa
yang lainnya. Yah, tempat kuliahku memang berbeda dengan tempat lain yang
menggunakan kekerasan dan kata-kata kasar untuk melakukan ospek terhadap
mahasiswa baru. Disaat itu adalah giliranku, saat aku maju dan memperkenalkan
diriku. Tak sengaja aku melihat perempuan yang dulu selalu aku lihat. Aku terdiam
dan terus menatapnya, dia disana hanya tersenyum menatapku. Aku bagaikan tak
sadarkan diri sampai seniorku mengingatkanku untuk fokus dan meneruskan
presentasiku. Ketika selesai, aku mencoba menghampirinya tapi aku tidak
memiliki keberanian untuk berjalan ke sana. Lagipula tempat ini dipenuhi lautan
mahasiswa dan mahasiswi baru. Sangat sulit bagiku untuk berjalan ke sana.
Aku terdiam
di tempatku dan menunggu dia memperkenalkan dirinya di depan. Aku rasa aku
berada di jurusan yang sama dengannya. Aku terus menunggunya dan akhirnya dia
maju ke depan dan memperkenalkan dirinya. Ternyata namanya adalah Diana Ulfa,
dia benar-benar masuk jurusan yang sama denganku. Mungkin aku bisa berpura-pura
bertanya kepadanya, tapi setidaknya aku harus lebih hebat darinya bagaimanapun
caranya. Saat dia kembali duduk aku mencoba melambaikan tanganku ke arahnya dan
dia hanya tersenyum. Aku langsung menghentikan lambaian tanganku dan mulai
menurunkan tanganku. Aku menunduk dan berkarta sendiri “Apa yang telah aku
lakukan?”.
Setelah
ospek selesai dan kami mulai memasuki ruangan kami masing-masing, aku masih
berharap dia satu ruangan denganku. Aku tidak tahu ini kebetulan atau tidak
tapi dia benar-benar satu ruangan denganku. Mungkin dari sini aku bisa melihat
orang seperti apa dia dan mulai mengenalnya. Beberapa hari di sini aku mulai
merasa bosan dan aku ingin bisa mengenal lebih dekat siapa dia. Aku mencoba
mendekatinya.
“Hai”
“Hai, kamu.
Kamu kayaknya pendiam deh”
“Kok bisa?”
“Iya, cuma kamu
yang gak pernah bicara-bicara ama teman”
“Iya, maaf.
Aku susah adaptasi dari dulu”
“Dari dulu
ya. Kamu mau ke kantin?”
“Aku? Gak
deh”
“Kenapa? Gak
ada uang? Aku traktir deh”
“Gak gak.
Ada uang kok. Ya udah deh aku ikut”
Aku
akhirnya ikut dengannya ke kantin. Dari dulu sebenarnya aku tidak pernah ke
kantin. Aku selalu membawa makananku sendiri dari rumah dan itupun aku yang
memasaknya sendiri. Saat sampai di sana aku kaget, sangat kaget. Di sana
ternyata ada teman-teman lamaku. Aku hanya bisa terdiam sambal menunjuk mereka
dengan wajah bingung.
“Ndra,
kenapa? Lupa ama kita?” Kholis
“Iya nih,
kamu gak berubah sama sekali. Kita udah kuliah kali” Yunita
“Ndra. Kamu
benar-benar lupa?” Diana
“Gak kok.
Cuma kaget aja, kok kalian bisa masuk sini juga?”
“Wih, ngejek
nih” Kholis
“Bukan
gitu. Aku kok gak lihat kalian ya waktu ospek?”
“Lagian
kamu di panggil aja gak nengok”
“Ngeliatin
Diana terus” Yunita
“Apaan sih?”
Diana
“Maaf,
kalian kenal Diana ya? Bukannya …” Candra
“Kenal lah,
kita kan satu sekolah dulu. Makanya jangan kebanyakan belajar, kamu juga harus
lihat orang-orang di sekitarmu. Cie. Haha..” Kholis
“Ya udah,
kenalin aku Diana Ulfa” (sambil memajukan tangannya untuk bersalaman)
“Aku Candra
Hendar. Maaf, sebelumnya”
“Kenapa
minta maaf? Kamu gak salah kok”
Sejak saat
itu mereka membuatku berubah dan berubah. Kali ini aku mulai menjadi orang yang
sama seperti yang lainnya. Sampai suatu ketika di semester terakhir aku
menyatakan perasaanku kepada Diana. Diana selalu melakukan ekspresi yang sama
seperti biasanya. Sampai aku harus bertanya “Kenapa, kok senyum?” dia hanya
menjawab “Gak papa kok”.
Saat kami
berdua mulai bekerja, aku ingin melamarnya. Aku sudah merasa yakin dengan itu. Aku
langsung meneleponnya dan bertanya kepadanya “Bisa gak sepulang kerja nanti kamu
ke restoran depan kantormu. Aku traktir” Dia menjawab “Wih, sekarang gayanya.
Ya udah deh aku bisa”. Aku cukup senang, pada waktu itu aku mulai kebingungan
apa yang harus aku persiapkan. Akhirnya aku memutuskan untuk kesana tanpa
persiapan.
Saat aku ke
sana ternyata dia baru saja pulang. Dia berjalan ke arahku, tapi semua rasa
senangku terhenti saat aku melihatnya terjatuh. Aku mulai berlari dengan
perasaan yang tidak enak. Aku meminta bantuan dan setelah beberapa saat ambulan
tiba. Semakin lama aku mulai meneteskan air mata. Aku tidak tahu apa yang
sebenarnya terjadi. Sesaat setelah dokter memeriksanya ia berkata Diana harus
beristirahat. Dia sangat lelah, tapi dia baik-baik saja sekarang. Aku langsung
masuk ke ruangannya dan memegang tangannya. Aku bertanya “Biar aku telepon
keluargamu ya?” Dia menjawab “Jangan, aku gak mau buat mereka cemas”. Aku menggeleng
kepala dan menangis dihadapannya.
“Ndra,
kenapa?”
“Kamu
kenapa? Kamu terlalu maksa. Jangan kamu paksa kalau memang gak bisa”
“Aku butuh
uang buat biaya hidupku sendiri. Aku bukan anak kecil maupun remaja lagi”
“Aku tahu,
kamu tahu? Kenapa aku menyuruhmu untuk ke tempat itu?”
“Gak…”
“Aku mau kamu
bisa terus di sampingku. Maukah kamu jadi istriku?”
“… Maaf,
kayaknya belum bisa”
“Kenapa?
Aku selalu khawatir ama keadaanmu. Kamu bahkan belum jawab pertanyaanku saat
kita masih kuliah saat itu”
“Buat apa aku
jawab kalau kamu tahu jawabannya”
“Tapi..
Kenapa kamu belum bisa sekarang? Aku gak mau kamu sakit kayak gini?”
“Udah.. Aku
juga gak mau kamu nangis gitu. Nanti aku malah ikut nangis”
“ … “
Aku menagis
sambil terus menggenggam tangannya. Tangisanku berhenti saat dia memegang
kepalaku. Dia berkata “Nanti kamu pasti tahu alasannya”. Itu membuatku penasaran,
aku melepas genggamanku. Aku mulai menelepon dan mengabari keluarganya. Selama
ia berada di rumah sakit, aku dilarang keluarganya untuk menjenguknya dan setelah
aku mendapatkan kabar bahwa ia di keluarkan dari rumah sakit, aku mulai
meneleponnya. Teleponnya diangkat oleh orang tuanya. Saat aku bertanya “Boleh
saya bicara dengan Diana?” dan Ibunya berkata “Maaf, gak bisa”. Aku mulai
sedih. Kenapa aku tidak boleh berbicara padanya. Apa salahku? Hanya karena itu
saja sampai seperti ini. Aku mulai tidak fokus dalam pekerjaanku.
Sampai
suatu ketika aku mendapat informasi tentang rumah orang tuanya dari Kholis. Aku
langsung ke sana. Saat aku mengetuk pintu rumahnya, ibu Diana membuka pintu
itu.
“Maaf,
apakah sekarang saya bisa bicara sebentar saja dengannya?”
“Sudah saya
bilang tidak bisa”
“Tapi saya
mau ketemu dia. Saya …”
“Yah, kalau
kamu mau ketemu. Biar saya antarkan”
Aku tidak
tahu apa maksud dari ibu Diana. Aku mengikutinya sampai ke tempat yang sepi. Yah,
ini kuburan. Aku bertanya lagi kepada ibu Diana dengan rasa sakit di dada.
“Diana
sudah meninggal?”
“Iya nak”
Aku sangat
sedih sampai menangis, saat aku ingin berlari ke tempat pemakamannya. Ibu Diana
memegang tanganku dan berkata “Dia gak mau lihat kamu nangis”. Aku langsung
menghapus air mataku dan berjalan ke sana. Aku tidak tahu harus berkata apa,
aku terus memegang batu nisannya dan langsung pergi dari sana. Saat aku
menelepon Kholis ternyata dia sudah tahu kalau Diana meninggal. Kholis berkata
Diana berpesan bahwa hanya aku yang tidak boleh tahu karena aku bisa menangis
karenanya dan Kholis juga memberitahuku kalau Diana sudah menderita sebuah penyakit
yang sudah sangat parah. Kholis berkata “Jangan salahkan dirimu, terakhir dia
berkata padaku kalau itu alasannya menolak lamaranmu”. Aku baru tahu sekarang.
Aku tidak akan pernah melupakannya dan tidak akan pernah terlupakan sampai
kapanpun.
Entah kenapa aku mau kasih cerita
yang sedih. Ya, insya Allah #AditDC akan kembali posting mulai dari minggu ini.
Yang ini special jadi aku keluarkan hari Selasa. Selanjutnya mungkin seperti
biasa yaitu hari Minggu. Terima kasih telah mengunjungi #AditDC Blog. Salam
Blogger.
http://aditya2004.blogspot.co.id/2015/10/arti-suka-sebenarnya.html
BalasHapus