Saishū-bi



Saishū-bi

   Persiapan hari terakhir sebelum penerimaan rapor telah dimulai. Sekarang aku dan beberapa orang sedang mempersiapkan class meeting. Rencananya setiap kelas wajib memberikan idenya untuk mencapai class meeting yang terbaik. Kali ini aku mewakili kelas 12, ide itu juga berdasarkan persetujuan dari seluruh kelas 12. Kami harus berkumpul setelah pulang sekolah.
   Hari mulai sore, sepertinya aku sampai terlalu cepat. Tempat perkumpulan yang telah diatur adalah di sudut lapangan tepatnya di bawah pohon rindang. Setelah menunggu beberapa lama akhirnya mereka datang. Aku dan mereka mulai berbicara.
   “Udah kumpul semua ?” Ketua OSIS
   “Udah. Nanti pendapat kami akan dipilih atau semuanya disetujui ?” Deon
   “Ya dipilih lah, mungkin juga sih kalau semuanya. Lagian kita bisa buat acara ini kan karena persetujuan kepala sekolah”
   “Bener juga, terus gimana ?” Aku
   “Jadi gini, setiap kelas pasti punya pendapatnya. Kalian berpendapat urut dari perwakilan kelas 10, 11, lalu 12.”
   “Kenapa kelas 10 duluan ? kan ada kelas 12. Bukannya gak baik kalau yang muda lebih dulu ?” Aku
   “Ikuti aturannya, jangan buat aturan sendiri”
   “Baiklah, berdasarkan perbincangan kami. Kelas kami memiliki pendapat kalau class meeting ini harus di ikuti seluruh kelas. Jadi kami hanya menyarankan sistem denda yang biasanya agar semua murid mengikutinya” Deon
   “Apa  ? …” Yosep
   “Udah, itu kan pendapatnya. Aku terima pendapatnya tapi nanti aku pertimbangin” Ketua OSIS
   “Kalau aku terserah OSIS, tapi yang jelas aku gak setuju ama pendapat anak itu”
   “Baiklah, tinggal kelas 12. Silahkan”
   “Aku punya rencana sendiri. Rencana besar yang bisa mengejutkan kalian semua. Tapi ada satu pendapat dari kelas 12. Tentang pembuatan acara Talent Show di class meeting besok. Lagian masing-masing anak memiliki bakat yang berbeda. Jika kita hanya mengadakan lomba-lomba itu saja, mereka dengan bakat yang lain pasti tidak bisa ikut berpartisipasi karena bukan bakat mereka. Tapi dengan sistem denda kalian malah memaksa semua murid untuk melakukan hal yang tidak mereka sukai” Aku
   “Aku setuju denganmu daripada anak itu” Yosep
   “Aku juga setuju, tapi jika itu gagal bagaimana ?” Ketua OSIS
   “Ya.. terpaksa sistem denda harus diberlakukan. Lagipula sangat sulit mencari ide, sulit juga melakukan perbincangan dengan 12 ketua kelas.” Aku
   “Baik, begini saja. Kami akan melakukan class meeting seperti biasa dengan tambahan Talent Show dan memberlakukan sistem denda”
   “Baiklah Talent Show ya ?” Deon
   “Berarti semuanya sudah selesai. Kami akan menoba membuat acara tersebut. Sampai ketemu besok”
***
   Semua persiapan dimulai, aku dan 12 ketua kelas (termasuk ketua kelasku) memulai persiapan untuk melakukan sebuah acara sendiri dalam class meeting besok. Segalanya telah kami bentuk, akan kami perlihatkan class meeting terakhir terakhir ini.
   OSIS mulai menjalankan beberapa acara mereka, lomba-lomba mereka dengan sistem denda. Tentu saja hanya sebagian anak yang ikut. Tapi, rencananya kami akan menghapus sistem tersebut. Beberapa acara dan lomba telah di lakukan. Sekaranglah saatnya Talent Show dimulai.
   Peserta pertama sampai 2 penampilan terakhir. Disaat terakhir itu biasanya bagus talentnya, entah mengapa OSIS hanya menampilkan 36 orang atau lebih tepatnya masing-masing kelas perwakilan 1 orang. Orang ke-35 ini bernama Jason dia mengenakan topeng dan berkata kalau dia tidak memiliki bakat. Semua juri bertanya-tanya.
   “Apa ? Kamu itu gak punya bakat bisa ikutan lomba ini” Juri 1
   “Aku ikut lomba ini karena terpaksa. Lagian aku ngerasa gak pas ama sistem ini. Ini terlalu memaksa, masa’ cuma gak ikut kayak gitu aja kena denda. Bukannya kalau ada yang gak ikut malah cepat selesainya ?”
   “Bukan begitu, tapi biar ada kebersamaannya” Juri 3
   “Kebersamaan apanya ? Ini memaksa. Aku juga gak tahu apakah uang denda ini halal atau haram. Ini mah beda ama pajak Negara.”
   “Terus apa mau kamu ? Juri 1
   “Aku mau sekolah ini menghapus sistem denda di class meeting.”
   “Turun !!! Kenapa kamu ini ? Apa bakat kamu ?” Juri 2
   “Anda baru saja melihatnya, aku memiliki bakat dalam berpendapat.”
   “Bakat apaan itu ? B*doh. Turun !!!”
   “Ingat ! Tidak ada manusia yang tidak memiliki bakat. Semua orang memiliki bakat.”
   “NEXT !!!”
   Jason turun dari panggung dan peserta terakhir naik ke atas panggung. Orang itu menamai dirinya Freddy, ia juga mengenakan topeng. Semua juri berpikir kalau dia sama seperti sebelumnya.
   “Ada apa ? Apa bakatmu ?” Juri 2
   “Aku ? Aku gak bisa nunjukkin bakatku kalau tidak dibantu orang” Freddy
   “Apa maksudmu ?”
   “Kamu, coba kamu naik ke atas!”
   “Saya” Ryan
   “Iya kamu! Aku mau tunjukkin bakatku”
   Freddy menunjukkan bakatnya. Entah mengapa dia mengeluarkan pisau dari bajunya yang berlengan panjang itu dan menusuk Ryan. Semua orang di tempat itu panik bahkan ada yang lari meninggalkan tempat. Semua juri panik dan mencoba bertanya kepadanya.
   “Ap.. Apa yang kamu lakuin ?” Juri 3
   “Itu bakat saya dalam Seni” Freddy
   “Seni apanya kamu itu sudah membunuh anak itu”
   “Itu adalah Seni membunuh”
   “Biar aku laporkan ke polisi” Juri 2
   “Ha.. ha.. Kamu kira Seni ini hanya bisa dilakukan jarak dekatya?”
   Tiba-tiba Freddy seperti melemparkan sesuatu dan ada satu orang lagi yang terluka karenanya.
   “Sudah, apa yang kamu ingin kan ?” Juri 1
   “Aku cuma mau buktikan Seni membunuh disini. Anda pikir tidak semua orang memiliki bakat ? Aku bisa membunuhmu tanpa ada barang bukti sama sekali. Itu adalah salah satu bakatku juga”
   “Baik, Saya akui itu. Siapa kamu sebenarnya ?” Juri 2
   “Aku punya banyak sekali teman disini. Jangan remehkan kelompok yang aku buat., hampir setengah kelas menjadi kelompok ini”
   Tiba-tiba beberapa orang dengan seragam hitam berlengan panjang dan topeng yang sama seperti Freddy naik ke atas panggung. Mereka memperkenalkan diri mereka di atas panggung.
   “Sebenarnya siapa kalian ?” Juri 3
   “Kalian mau merusak sekolah ini ?” Juri 2
   “Apa ? Kami hanya menampilkan bakat kami, dan itu adalah seni”
   “Seni membunuh ?” Juri 1
   “Bukan, ini seni rekayasa. Kami merekayasa semua kejadian hari ini. Bahkan pembunuhan itu juga termasuk dalam skenario. Karena kami adalah … “
   “Kelas 12” Ucap mereka bersamaan
   “Kami mau memberikan surprise untuk class meeting yang terakhir kami ikuti yaitu hari ini. Kami mau meninggalkan kenangan yang tak terlupakan untuk semua kelas lainnya. Tapi, jangan pernah ikuti hal negatif yang kami lakukan hari ini.”
   “Sebenarnya ketua OSIS tidak peduli dengan kata-kataku tentang rencana besar yang akan mengejutkan kalian” Aku
   “Benar, kami merencanakan semuanya dan beberapa kamera yang segaja kami sembunyikan disuatu tempat. Bahkan darah ini adalah darah palsu, kami sudah menyiapkannya sangat lama. O iya, tentang sistem denda. Jujur saja kelas 12 tidak pernah setuju dengan sistem itu dari saat kami kelas 11. Tapi gak papa kok itu terus lanjutin. Ada sebuah kata dari perwakilan kelas kami”
   “Ya, Jangan menyerah untuk kalian. Jadilah yang terbaik, buat trap yang lebih hebat dari kami. Buat Negara bangga dengan sekolah kita” Aku
   “Terima kasih buat kalian semua. Jujur, aku juga gak tahu kalau kalian yang buat ini semua. Mungkin kita bisa menentukan pemenangnya sekarang” Juri 1
   Akhirnya class meeting berakhir dengan sangat meriah dan sedikit kacau karena banyak yang berlarian. Ini tidak akan pernah aku lupakan sampai kapanpun. Karena ini adalah HARI TERAKHIR kami bersama dengan mereka di sekolah ini.

Komentar

Posting Komentar

Tulis komentar kamu tentang posting ini !

Postingan populer dari blog ini

Tanpa Judul Eps. 2 (Ini Nyata !)

Not Only in The Games (?) - Eps. 1 (Perempuan Misterius)

Hanya Karya