Ini Bukan Hanya Tentang Diriku
Ini Bukan Hanya Tentang Diriku
(Bukan sebuah awal, mungkin sebuah akhir dari semuanya)
Hujan deras menyerbu bumi, sangat
lebat. Suara guntur yang tak kalah kalah keras dari rintikan hujan. Hari apa
sekarang. Apa yang harus aku lakukan. Mengingat semua itu, aku duduk sejenak di
atas kasur sambil menatap ke arah lantai. Aku berdiri dan mencoba melihat ke
arah jendela. Suara rintikan hujan yang tak berhenti ini seperti mengiringi
gelapnya rumah karena listrik yang padam. Apa sebenarnya yang sedang aku pikirkanku.
Mungkin aku akan berusaha merubah semua ini. Siapa memangnya aku, lagipula aku hanyalah
seorang anak SMK.
***
Tidak cukup dikenal orang banyak,
namaku Adrian Pratama. Aku hanya dikenal oleh teman-teman sekelasku. Yah, itu
pun tidak apa. Saat itu aku duduk sendirian di depan kelas. Secara tiba-tiba seorang
temanku mengagetkanku dari belakang.
“Oy.”
Aku terkejut dan ia terlihat
tertawa terpingkal-pingkal.
“Apaan sih.”
“Kenapa? Bingung?”
“Sial, aku tersinggung kalau
sekolah kita kita disamain SMA itu.”
“Oh. Udah gak usah dipikir, lagian
kita kan juga udah tahu sifatnya kayak gimana.”
“Iya sih. Aku mau coba cari
kenalan dari sekolah itu.”
“Hahaha. Terserah deh.”
“Oke, aku butuh waktu 1 minggu.”
Aku tidak tahu apa yang telah aku
katakan. Aku harus mencari siapa, bahkan temanku dari SMP tidak ada yang
sekolah di sana. Ahh.. ini akan memakan banyak waktu. Sepulang sekolah aku
langsung melihat sekitar layaknya pencuri. Aku terus berkata secara pelan, “Tidak...
tidak.. tidak.” Sampai saat aku melihat seorang perempuan. Dia terlihat cantik
di mataku, aku rasa.. aku menyukainya. Aku ingin tahu siapa namanya, aku
berjalan di belakangnya disaat ia berjalan. Saat ia menunggu angkutan umum, aku
berhenti dan pura-pura melihat ponselku. Setelah beberapa saat sebuah angkutan
itu lewat. Aku menghentikan angkutan itu dan menaikinya, seperti dugaanku perempuan
itu juga masuk ke dalam angkutan ini. Aku mencoba melihat nama pada bajunya. Namanya
adalah Shani Namira. Aku yakin itu, sesampainya di rumah aku mencoba mencari
namanya di beberapa sosial media. Aku terus mencarinya dan tidak ketemu
seseorang dengan nama dan wajah yang sama seperti dirinya. Ahh.. mungkin aku
salah lihat namanya.
Pada hari ke-2 aku kembali
melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Aku kembali melihat namanya. Kali
ini tidak mungkin salah, namanya adalah Shania Namira. Seorang perempuan yang
tinggi dengan mengenakan kaca mata itu membuatku terdiam dan tak bisa berkata
apapun. Sampai di rumah aku kembali melakukan pencarian. Terus dan terus
mencari, sampai pada akhirnya aku menemukannya. Kali ini aku juga mendapatkan
nomor teleponnya. Sayangnya dua angka di belakang nomor di sensor. Aku mencoba
meminta bantuan temanku untuk mencari nomor tersebut. Malam itu aku dan temanku
mencari nomor perempuan itu dengan cara mengirim pesan singkat ke beberapa
nomor dengan merubah 2 angka belakang nomornya. Kami melakukannya dari jam 6-8
malam, dari 00-99. Sampai saat aku hampir menyerah, aku bertanya pada temanku
lewat pesan singkat.
“Rik, gimana? Udah ada yang
bales?”
“Gak ada. Aku udahan dulu.”
“Ya udah.”
Aku terus mencari, sampai ada
satu pesan yang merespon dan berkata kalau itu benar-benar dia. Dia menjawab
pesanku, “Iya. Aku Shania Namira. Ini siapa ya?” Aku sedikit tidak percaya
dengannya, aku mencoba menanyainya dengan membalas pesan itu, “Aku teman SMP
mu, masa lupa? Sekarang kamu sekolah di mana?” Dia kembali menjawab, “Aku di
SMA 3. Teman yang mana ya? Beneran lupa.” Aku menghentikan pesan teks sampai di
situ. Aku menuliskan nama asliku dan mencoba minta maaf dengannya lewat pesan
singkat itu, tapi dia tidak merespon. Beberapa hari aku sering bertemu
dengannya dalam angkutan umum yang sama. Aku pikir dia belum tahu siapa aku
sebenarnya, mungkin.... Aku mencoba melupakan dia dan aku pikir aku sudah
gagal. Aku gagal karena kebodohanku sendiri.
Bulan berganti bulan, dan tahun
berganti tahun. Entah mengapa aku ingin kembali melihat dia. Aku sudah jarang
bertemu dengannya. Setelah aku selidiki sekarang dia tidak lagi naik angkutan
umum. Dia sekarang naik bus, aku mencoba mengikutinya lagi. Tidak kali ini
berbeda dengan saat itu. Aku berharap bisa bertemu dan berbicara dengannya.
Tiap naik bus ini aku hanya bisa memprediksi di bus mana ia berada, sampai saat
aku benar-benar kesal dan aku mencoba menunggu bus di halte yang bertempat di
depan sekolahnya.
Saat itu tanggal 9 Agustus
setelah classmeeting aku berniat pulang bersama temanku. Akan tetapi arah kami
berbeda, ternyata bus jurusanku yang terlebih dahulu sampai. Saat aku masuk aku
melihat sekitarku. Saat itu aku masih berbicara dengan orang tua. Aku sedikit
mundur dari orang tua itu dan aku melihat perempuan itu. Dia terlihat berbeda
dengan mengenakan hijab. Saat dia mengenakan kacamatanya, aku baru sadar kalau
itu benar-benar dia. Aku mencoba memanggil perempuan itu.
“Mbak.”
“Iya, ada apa?”
“Dari SMA 3 ya?”
“Iya...”
“Kok gak pakai batik yang baru
kayak yang lain?” Aku menyela perkataannya
“Oh, itu. Batik itu.. cuma kelas
10 yang pakai.”-
“Oh...”
-“Emang SMK gak ada batik baru
ya?” Dia melanjutkan perkataannya
“Oh, kita.. kita.. kan udah ada
batik.” Ucapku terbata-bata
“Oh, kali aja ..”
Aku terdiam sejenak untuk
memikirkan topik pembicaraan selanjutnya.
“Oiya, sekolahmu ama sekolah
sebelahnya kalo pulang bareng gak?”
Dia hanya menagangguk
“Maaf, saya tanya.”
“Oh..”
“Sekolahmu ama sekolah sebelahnya
kalo pulang bareng gak?”
“Apa?” Dia mendekatiku
“Sekolahmu ama sekolah sebelahnya
kalo pulang bareng gak?” Aku mengeraskan
suaraku
“Gak tahu, kurang merhatiin.”
“Oh..”
Pembicaraan
kami berhenti beberapa saat. Saat tempat ia turun sudah dekat aku menanyakan
pertanyaan terakhir, “Jadi, Anda kelas 11 ya?” Ia menjawab, “Iya, kamu?” “Aku
iya.. aku juga kelas 11.” Ucapku sambil terbata-bata. Ia turun dan aku berharap
bisa berbicara dengannya lagi suatu hari. Rencananya aku ingin meminta maaf
dengannya tapi entah kapan. Sampai sekarang pun aku belum sempat berkenalan dan
minta maaf dengannya. Entah kapan, aku berharap bisa bertemu dan berbicara
dengannya lagi. Aku tidak akan melupakan semua kerjadian itu.
30% Dari kisah nyataku sendiri
dan 70% Fiksi. Post sebelum aku vakum melaksanakan Ujian Praktek, Ujian Sekolah,
dan Ujian Nasional. Buat mengingat saat itu. Yah, teruslah mengejar mimpimu.
Document by #AditDC Tentang NL. ~ 09-08-2014. Terima kasih telah berkunjung.
#AditDC
http://aditya2004.blogspot.co.id/2016/02/ini-bukan-hanya-tentang-diriku.html
BalasHapus