Teman adalah Teman (Episode 2)



...
Kami sedikit berbincang di tempat ini. Mereka juga memperkenalkan teman mereka yang sekarang satu kelas dengan mereka. Mereka juga menjelaskan kenapa mereka semua bisa satu bis. Aku juga sedikit kaget. Aku langsung diajak ke dalam bis untuk pulang.
Saat aku di dalam bis suasananya juga hampir sama dengan bisku dulu, 1 tahun lalu. Aku langsung duduk di kursi favoritku, di dekat jendela bis dan menelepon kembali ketua kelasku.
"Hallo"
"Ya, Gimana rip?"
"Udah gak usah nunggu, ini aku udah bisa pulang"
"Kok bisa? Terus barang-barangmu gimana?"
"Oh iya, si Anton kan rumahnya deket rumahku. Suruh aja dia. Lagian aku gak bawa barang apa-apa. Cuma bawa baju ganti doang"
"Masa sih? Gak bawa makanan juga gitu?"
"Gak, cuma bawa baju ganti ama dompet. Tapi dompetnya aku bawa. Udah suruh aja dia, dia juga pernah nyuruh aku bawain barangnya"
"Oke oke, kabarin kalau udah sampai sana ya. Kalo kamu duluan yang sampai kan bisa ambil sendiri. He he"
"Ya... terserah. Udah dulu ya"
"Yok"
Bis ini langsung berangkat. Sempat ada seorang guru yang masuk lewat pintu belakang dan melihat ke arahku. Itu membuatku merasa tidak enak. Saat bis berangkat. Guru itu berjalan ke belakang dan temanku Henry langsung berdiri di depannya.
"Ada masalah apa pak?"
"Kenapa kamu berdiri?"
"Saya berdiri karena bapak juga berdiri"
"Apa maksud kamu? Saya cuma mau ngecek. Bukannya kata kamu tadi ada satu anak gak berangkat?"
"Oh, maksud bapak orang yang di belakang itu?"
"Ya siapa lagi?"
"Dia temanku namanya Arif. Kenapa pak permasalahin dia? Dia aku suruh naik. Lagian dia cuma mau pulang. Kalau bapak mengusirnya karena gak bayar, biar saya bayar sekarang"
"Oh teman kamu. Ya udah gak papa"
Guru itu kembali duduk ke kursinya. Anton juga krmbali duduk. Orang yang duduk di sebelah kiriku namanya Galih. Dia tadi juga hampir berdiri. Mereka semua memang baik dari dulu. Mungkin mereka sudah dewasa tapi mereka sama sekali tidak berubah. Sekarang tepat pukul 6 sore.
Aku pikir kami sudah hampir mencapai tujuan. Tiba-tiba Galih bertanya padaku.
"Rif, kita paling sampai jam besok pagi. Gimana?"
"Ya gak papa. Asalkan sampai aja aku udah bersyukur"
"Perjalanannya cukup jauh. Sekitar 8 jam kalo lewat tol tapi kalo lewat jalan biasa bisa 12 jam. Teman kamu yang di Bandung gimana tuh? Pada pulang apa nginep?"
"Aku juga gak tahu. Katanya sih pulang jam 7"
"Menurutku mereka nginep deh. Coba tanya mereka. Kalau mereka nginepkan kamu bisa cari mereka. Nanti aku juga tanya ke guru pendampingku lewat Bandung apa gak"
"Siap siap"
Aku langsung menelepon ketua kelasku. Saat aku menelepon dan bertanya. Dia mengatakan kalau mereka menginap karena perjalanan bisa sampai 12 jam jika lewat jalan biasa. Aku sempat bingung, bukankah Jakarta lebih jauh jaraknya dengan Jawa Tengah dibanding Jawa Barat. Aku melihat Galih kembali ke tempat duduk ini dan ia berbincang denganku.
"Wah, katanya gak lewat bandung. Katanya rute Jakarta-Semarang gak lewat Bandung biar cepet"
"Ya juga sih. Trus emangnya bisnya mau jalan 12 non stop?"
"Ya gak juga, nanti kan kita istirahat di tempat istirahat. Sebenarnya nginep sih bisa, cuma kita gak kepingin aja lama-lama. Ya udah akhirnya kita putusin buat gak nginep di hotel"
"Oh, ha ha. Ini lewat tol ya?"
"Iya, lagian bisnya gak terlalu besar"
"Makasih lih"
"Sama-sama"
Pada jam 10 bis ini masih berjalan. Saat Henry bertanya pada supirnya kenapa tidak berhenti untuk istirahat, supit itu menjawab "Nanggung mas". Jam 12 malam lewat kami sudah sampai Semarang, tapi kami masih belum sampai ke sekolah. Sekitar jam 1 akhirnya kami sampai. Kami turun dengan wajah yang masih ngantuk. Guru pendamping menyarankan untuk istirahat terlebih dahulu di sekolah. Apa boleh buat, aku juga akan istirahat di sekolah ini. Walaupun ini bukan sekolahku. Kami semua tidur.
Aku terbangun pukul 4 pagi dan ingin pulang karena tidak enak jika berlama-lamaan di sekolah ini. Aku mencoba membangunkan temanku dan berpamitan. Saat aku ingin membangunkan Henry, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku.
"Rif" (Sambil menepuk pundakku)
"Eh.. Firda, kamu kok bangun jam segini?"
"Aku abis sholat. Itu yang lain juga pada sholat. Kamu ngapain mau bangunin dia?"
"Aku mau pamit pulang"
"Kok pulang sih? Apa ada angkutan?"
"Ya gak ada. Nanti aku jalan kaki dulu sampai jam 5-an"
"Udah disini dulu aja. Nanti jam 5 pulang bareng aku"
"Gak enak ah"
"Aku maksa nih"
"Aduh gimana ya, aku gak enak disini. Lagian ini bukan sekolahku"
"Tapi aku teman kamu kan?"
"Iya. Emang kamu jam 5 mau naik angkutan juga?"
"Aku di jemput kok"
"Oh"
Aku dan Firda jalan berkeliling di sekitar sekolah ini sambil mengobrol.
“Udah lama kita gak jalan bareng kayak gini ya Rif?”
“Dari dulu kan kita gak pernah jalan bareng berdua kayak gini”
“Itu pas sekolah ngadain jalan sehat hari Jumat”
“Bukannya itu bareng-bareng ya?”
“Ya… sama aja kan?”
“Ha ha. Udah ah, udah jam … setengah lima nih”
“Kamu mau naik angkutan apa bareng aku?”
“Naik angkutan aja. Lagian kata ketua kelasku bisnya sampai sekitar jam 6, jadi aku harus ke sekolah dulu”
“Tapi sekolahmu kan searah ama jalan pulangku? Gak bareng aku aja?”
“Gak ah, jadi ngerepotin”
“Ya udah, kamu mau pergi sekarang? Lagian kenapa kamu gak nelepon orang tua kamu?”
“Aku cuma gak mau buat orang tua aku cemas. Aku aja nyuruh teman sekelasku biar gak nelepon orang tua ku”
“Oh … gitu ya?”
“Aku pergi dulu ya Fir? Semoga kita bisa bertemu lagi.  Dah”
“Ya. Dah”
Aku pergi meninggalkannya. Sungguh aku menyukainya, kesalahanku tahun lalu membuatku bisa melihat teman lamaku sekarang. Mungkin mereka sudah dewasa sekarang, tapi sifat mereka masih sama. Mereka sangat baik dan itu tidak berubah sama sekali. Saat aku sudah sampai sekolahku mereka (teman baruku) baru sampai di sekolah. Mereka ternyata menghawatirkanku, yah… walaupun tidak semua. Kami saling bercerita satu sama lain, tapi mereka tidak percaya dengan perkataanku. Akhirnya kami pulang dan kali ini aku sudah belajar banyak, pelajaran yang tidak pernah didapatkan oleh siapapun. Jangan pernah melupakan teman lama saat ada teman baru karena semua teman itu sama, sifat mereka tidak akan berubah. Mereka ada disaat kita membutuhkan mereka dan mereka juga bisa tidak ada saat kita juga membutuhkan mereka.

----------Selesai----------
Cerpen akan dilanjutkan setelah Idul Fitri, sekitar tanggal 27 Juli 2015.
Mohon maaf jika ada salah kata, tulisan, dan cerita yang menyinggung readers.
Saya akan selalu memaafkan kalian jika kalian juga memiliki salah.
Terima kasih telah berkunjung di #AditDC
-----Mohon Maaf Lahir Batin-----

Komentar

Posting Komentar

Tulis komentar kamu tentang posting ini !

Postingan populer dari blog ini

Tanpa Judul Eps. 2 (Ini Nyata !)

Not Only in The Games (?) - Eps. 1 (Perempuan Misterius)

Hanya Karya