Kembali ke Masa Lalu (Bagian 1)

“Merubah takdir yang telah terbuat dan keinginan bertemu dengan dirinya”
Genre: Fiksi, Fantasi, Drama

Sudah tiga tahun aku berada di sekolah ini. Aku rasa semua orang sudah berubah, aku ingin merubah semuanya dari awal tapi entah bagaimana caranya. Aku akan membenahi semuanya jika aku benar–benar bisa memulainya dari awal. Lebih baik lagi jika aku bisa kembali ke masa lalu dan aku akan merubah semuanya.
Ujian praktek itu menyenangkan tapi juga menyebalkan, untung sekali kelompokku berisi orang-orang yang pintar. Kami saling bertukar pikiran untuk mendapatkan suatu ide yang pas untuk ujian kali ini.
“Gimana nih teman-teman? Masa belum ada ide?” Dika
“Sebenarnya aku ada tapi aku belum tahu kita bisa buat apa gak.” Aku
“Apa vin? Kali aja kita bisa iya kan?” Indra
“Jadi gimana kalau kita buat alat yang bisa buat kita kembali ke masa lalu gimana?”
“Gimana tuh caranya? Apa kayak nembus lorong waktu gitu?”
“Mungkin.”
“Ah, kita mungkin harus buat alat yang sangat cepat dengan frekwensi tinggi.” Dika
“Maksudnya?”
“Buka lorong waktu itu susah lho. Tapi katanya zaman dulu udah ada yang buat mesin waktu. Benar apa gak sih?”
“Mana mungkin?” Aku
“Bentar, kalau itu benar mungkin kita bisa membuat ulang.” Indra
“Tapi kayaknya gak mungkin deh. Kita coba pake teori mu dulu aja Dik.”
“Oke, pengerjaannya kita mulai minggu depan. Sekalian kalian juga mikir lho, jangan jagain aku. Nanti kalo ideku gagal kan kalian bisa ngelanjutin.” Dika
“Oke oke.”
Akhirnya kami memutuskan kalau kami akan membuat alat yang bisa membuat kita kembali ke masa lalu. Entah bagaimana caranya, tapi aku akan mencoba membantu dalam pembuatannya. 3 hari 3 malam aku tidak tidur untuk memikirkan konsepnya, aku juga tidak tahu apakah kelompokku juga berpikir. Aku terus berjuang untuk bisa menciptakannya karena itu adalah keinginanku sendiri.
Tiap detik aku mencari dan terus mencari referensi, sampai aku tertidur dan tak sadarkan diri. Aku mulai memasuki alam mimpiku. Aku bermimpi bertemu seseorang entah siapa itu, tapi sepertinya dia mengajariku untuk membuat alat tersebut. Aku mencoba bertanya padanya.
“Maaf, boleh aku bertanya apa yang sedang kau kerjakan?”
“Aku sedang mengerjakan sebuah proyek besar. Bukannya kamu tadi yang menginginkan alat ini?”
“Aku? Aku dari tadi aja diam”
“Ah… masa juga harus aku jelasin alat dari pemikiranmu ini?”
“Oohh.. “ Aku terkejut “Jangan-jangan”
“Iya, ini alat untuk bisa kembali ke masa lalu”
“Siap, aku bantu gimana?”
“Udah lihat aja”
Aku masih belum sadar kalau itu berada di dalam mimpi. Saat aku terbangun, aku kaget karena itu hanya mimpi. Aku langsung menulis semua yang diajarkan olehnya, mungkin saja itu akan berhasil.
Mentari mulai membuka matanya, hari ini kami akan berkumpul. Seperti biasanya, aku selalu berangkat lebih awal. Hari ini kami berkumpul di rumah Indra dan kami berada di ruang bawah tanahnya. Di ruang ini hampir dari semua bahan ada dan terlihat beberapa alat-alat aneh yang tidak aku kenali. Aku langsung memberikan lembaran-lembaran pemikiranku kepada mereka. Aku juga sempat kaget karena pemikirannya hampir sama. Alat ini harus dikumpulkan 2 minggu dari hari ini. Baiklah, pengerjaan dimulai.
Hampir lewat 12 hari kami membuatnya dan sekarang hampir selesai. Aku meminta izin untuk tidur sebentar kepada mereka dan mereka mengizinkannya. Entah mereka benar-benar mengerakannya atau membuat hal yang malah sebaliknya dan ikut tidur. Ah… aku tidak peduli. Saat aku mulai terbangun, aku melihat mereka tidur. Yah, ternyata benar dugaanku. Tapi aku melihat perbedaan dengan alat yang kami buat. Mereka benar-benar membuatnya, aku langsung mengeceknya. Aku mengecek tiap-tiap bagian dan ternyata masih kurang 1. Menurutku alat ini tidak akan bisa berfungsi tanpa ini. Tapi mereka memasangkan timer entah untuk apa, mungkin bisa menggantikan bahan dari teoriku. Saat mereka semua terbangun, aku bertanya pada mereka.
“Dik, kamu ngelupain satu bahan dari teoriku.”
“Iya aku tahu, kita gak punya itu. Jadi harus buat dari awal atau beli ke luar.”
“Ya beli aja, keluar masa ya gak bisa?”
“Maksudnya keluar negeri.”
“Jadi di sini gak ada ya? Masa ya sampai ke luar negeri?”
“Yah… kalo kamu mau buat sendiri sih gak papa, nanti kami bantu. Tapi aku masih ngantuk. Siapin dulu aja bahannya. Kalau sudah siap nanti bangunin kita ya.”
“Iya deh”
Apa boleh buat, aku akan membuatnya sendiri. Hanya saja, tidak semua bahan untuk pembuatannya ada di sini. Aku juga harus mencari di luar tempat ini. Aku mencoba bertanya-tanya kepada semua orang tapi ternyata mereka tidak tahu. Ada satu orang yang tahu tapi katanya sangat jauh tempat untuk menemukan bahan tersebut. Terpaksa aku harus meminta bimbingannya untuk sampai ke tempat itu. Katanya bahan yang aku cari adalah gas yang sangat langka, tapi gas itu juga bisa dibuat manual. Aku juga diajari cara pembuatannya sambil perjalanan ke tempat yang kami tentukan. Saat sampai aku merasa bingung dan bertanya padanya.
“Kak, ini di mana? Gak kayak hutan atau tempat mengerikan yang kakak ceritakan kemarin?”
“Ha ha ha, kemarin aku bercanda. Ini laboratoriumku, aku dulu punya gas itu. Tapi aku bingung gas itu gak tahan panas dan dingin. Aku bingung harus ditempatkan di mana.”
“Gas itu asli dari alam apa buat sendiri?”
“Gimana ya? Ini buat sendiri. Kalau nunggu dari alam lama, lagipula ini kan bentuknya gas jadi gampang ilang.”
“Oh” Aku terkesan
“Yah, sudah sampai. Wah, kamu beruntung masih ada. Kamu punya tempat yang cocok mungkin? Biar gak berkurang jumlah atomnya”
“Ini kak”
“Ini? Kenapa aku gak mikir dari dulu ya? Benar banget, wadahmu bisa ngelindungi gas ini”
“Ya, makasih ya kak”
“Iya, lagian aku juga kurang butuh. Kali aja kamu pakai terus berguna”
“Oh iya, nama kakak tadi siapa?”
“Ronal Adriansyah, Panggil aja kak Ronal. Wajahmu mirip teman kakak dulu”
“Masa sih kak? Siapa namanya?”
“Arifin Ilham”
“Itu nama kakak ku.”
“Oh, iya iya. Kamu berarti adiknya ya? Apa kabar dia?”
“Baik kok kak.”
“Dia juga udah bantu banyak. Termasuk pembuatan gas itu. Emangnya kamu mau buat apa?”
“Buat alat yang bisa buka lorong waktu. Yah… intinya kayak gitu lah.”
“Semoga berhasil ya! Masalahnya aku ama kakakmu dulu juga pernah mau buat alat itu malah gagal. Alatnya meledak, referensi yang kami buat juga kebakar jadinya gak bisa buat ulang alat itu.”
“Kami akan mengusahakannya kak. Sekali lagi terima kasih ya kak”
“Iya, mau aku antar pulang gak? Jauh lho”
“Iya kak. Makasih lagi”
Selepas itu ia langsung mengantarkanku tapi aku suruh berhenti di rumah kakakku. Aku bilang kepadanya untuk mampir sebentar. Dia akhirnya berhenti tepat di sana dan aku pamit kepadanya dan kakakku untuk mengerjakan proyek ini.
Saat aku sampai, mereka semua sudah mengangkat alat itu ke mobil pengangkut barang. Aku berlari ke arah mereka dan mereka berteriak padaku.
“Vin! Gimana?” Teriak Dika
“Aku udah dapet”
“Sip, kita cobanya di sekolah aja. Sekalian perkenalin alat kita”
Kami semua akhirnya bisa beristirahat sebentar. Aku rasa ini semua akan berhasil. Aku sangat berharap. Kami beristirahat di rumah Indra lagi, rumah Indra juga tidak jauh dari rumahku. Aku juga sudah menyiapkan seragam untuk besok. Aku sangat senang alat ini selesai tepat waktu.
Selepas istirahat, paginya kami langsung bersiap untuk berangkat ke sekolah. Kami berangkat ke sekolah menggunakan mobil pengangkut barang tadi dan kami menggunakan troli untuk membawa alat ini ke ruang praktek atau lab fisika. Semua anak kebingunan dengan alat yang kami bawa, guru pengampu fisika kami juga bingung. Saat pengacakan nomor kami mendapat nomor satu, jadi kami harus mempresentasikan alat kami pertama.
“Baiklah, silahkan untuk kelompoknya Dika, Indra, dan Kevin untuk mempresentasikan alat yang telah kalian buat selama beberapa minggu kemarin”
“Terima kasih bu, jadi kami bertiga membuat sebuah alat yang belum kami coba karena kami berpikir alat ini adalah alat sekali pakai. Tapi tenang saja, kami sudah menuliskan bagaimana cara membuat alat ini dan beberapa teori singkat tentang alat ini” Dika
“Langsung Dik?” Indra
“Baiklah langsung saja kita nyalakan alat ini”
“Iya, ini adalah alat yang bisa membuat kita kembali ke masa lalu. Di sini Kevin yang akan mencoba alat ini. Alat ini tidak bisa lebih dari satu orang. Tapi kami dan Kevin akan tetap bisa saling berkomunikasi menggunakan ponsel khusus ini. Jadi nanti kita hanya menuliskan pesan yang ingin kita sampaikan lalu kita menuliskan waktu atau tahun di mana kita berada. Tapi alat yang kami buat ini memiliki jangka waktu, Kevin akan kami kembalikan ke sini dalam waktu yang telah kami tetapkan pada alat ini.”
Aku menaruh bahan langka itu ke tempat yang telah kami buat pada alat tersebut. Saat kami menyalakan alat itu. Kami senang karena alat itu bekerja dan mereka semua terkagum-kagum. Tapi ada yang aneh, ada apa ini? Awan hitam? Kumulonimbus?
Bersambung . . . 

(Kelanjutannya bisa ditunggu minggu depan. Klik Disni)
Terima kasih telah berkunjung di #AditDC


Maaf postnya sangat amat telat karena saya disibukkan dengan tugas-tugas sekolah. Saya juga sekarang sedang menjalani UAS. Jadi saya butuh doanya agar saya bisa mendapat nilai yang baik. Cerpen ini saya buat bersambung karena saya pikir akan terlalu panjang jika saya post dalam 1 hari. Tunggu kelanjutannya minggu depan ya! Terima Kasih. Salam #AditDC

Komentar

  1. http://aditya2004.blogspot.com/2015/11/kembali-ke-masa-lalu-1.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Tulis komentar kamu tentang posting ini !

Postingan populer dari blog ini

Tanpa Judul Eps. 2 (Ini Nyata !)

Not Only in The Games (?) - Eps. 1 (Perempuan Misterius)

Hanya Karya