Kembali ke Masa Lalu (Bagian 2)
“De javu dan Takdir yang hampir berubah”
Genre:
Fiksi, Fantasi, Drama
Aku menaruh bahan langka itu ke
tempat yang telah kami buat pada alat tersebut. Saat kami menyalakan alat itu.
Kami senang karena alat itu bekerja dan mereka semua terkagum-kagum. Tapi ada
yang aneh, ada apa ini? Awan hitam? Kumulonimbus?
Apa yang sebenarnya terjadi. Aku
berteriak “Matikan!”. Dika langsung mematikannya.
“Ada apa sebenarnya vin? Apakah
ada yang salah? Dimana?” Dika
“Tidak, tidak mungkin ada yang salah.”
“Lalu kenapa malah keluar awan
itu? Apakah memang begitu?” Indra
“Tidak, pasti ada yang kurang.
Apakah kalian memberikan sebuah tempat kosong?”
“Ya, kotak itu” Indra menunjuk
kotak tersebut
“Apa yang kurang? Aku juga
bingung kenapa hanya kotak itu yang tidak kau beri keterangan” Dika
“Itu, mungkin kita harus
memasukan darah ke dalam kotak itu. Setetes darah. DNA.”
“Untuk apa? Aku tidak tahu yang
kau katakan.”
“Yah, alat ini tidak akan bekerja
dengan sempurna tanpa ada itu. Jadi kita butuh DNA agar bisa mengatur di mana kita
akan pergi. Maka dari itu aku membuat gelang ini. Gelang ini juga memiliki
jarum suntik yang akan menghisap sedikit darahku dan dengan itu aku bisa pergi
ke waktu yang aku inginkan.”
“Maksudmu gimana? Aku kurang
faham. Gelang yang kau buat itu adalah alat yang akan kau gunakan saat sudah
berada di masa lalu untuk bisa berpindah lagi?”
“Ya, sayangnya hanya bisa satu
kali.”
“Maksudmu, kami tidak usah
mengatur alat ini. Kau bisa kembali ke sini dengan gelang itu begitu?” Indra
“Bukan. Aku tidak bisa ke masa
kini ataupun masa depan. Aku hanya bisa ke masa lalu seperti 2 hari sebelum hari
ini atau yang lain. Guna darah yang akan kita masukkan ke dalam kotak itu, agar
kita bisa memindahkan dan mengembalikan orang tersebut ke masa sekarang ini.”
“Tunggu, saat proses
memindahkanmu ke masa lalu bagaimana kami mengaturnya?”
“Aku tidak tahu”
“Yah, aku memasang timer bukan? 2
buah timer. Yang pertama untuk pengingat karena alat ini memiliki batasan waktu
dan yang ke-2 untuk pengatur waktu. Jadi timer ke-2 adalah timer yang bisa di
atur, jika kami ingin mengembalikanmu kami tinggal merubah pengaturan timer 2.”
Dika
“Baiklah. Aku rasa aku siap.”
“Baik”
“Mohon maaf untuk semua, karena
ada sedikit kesalahan kami akan mengulangnya.”
Aku mengambil sedikit darahku
dengan alat suntik yang telah aku bawa dan menaruhnya ke kotak kosong yang
telah kami sediakan. Kotak itu tertutup rapat. Gas langka itu akan mengalir
memutari alat ini dan terbentuklah loop tertutup. Darah ini mengalir bersama
dengan gas itu, tapi jika gagal darah ini akan mengering dan terbuang di tempat
filterasi, pemisahan benda gas dan padat. Jika berhasil darah itu akan terus
berputar bersamaan dengan gas sampai atomnya menyamai gas itu. Waktu yang kami
punya tidak banyak. Alat ini akan terus berjalan selama aku masih berada di
masa lalu.
Apabila aku sudah berada di masa
lalu dan waktu sudah hampir habis, mereka harus segera mengatur timer 2 ke
posisi off agar tidak bekerja lagi dan menekan tombol merah. Kemungkinan gagal
70% dan aku tidak tahu cara membenahinya. Aku sangat amat berharap mereka bisa
mengembalikanku ke masa ini. Jika tidak, karena diriku ada 2 di masa itu maka
aku menjadi seperti arwah yang tidak dapat dilihat siapapun dan hal ini akan
terus berulang sampai kapanpun. Loop tertutup.
“Indra, nyalakan”
Saat indra menyalakannya awan itu
keluar kembali. Tapi sekarang berbeda, awan itu membentuk cincin vertikal.
Semua orang terlihat kebingungan termasuk kami. Aku sudah bersiap untuk
berjalan melewati cincin itu. Saat aku hampir melangkah, tiba-tiba guru
pengampu kami berteriak.
“Tunggu!“
“ Lalu bagaimana cara kami untuk
mengetahui kalau kamu sudah berada di masa lalu?”
“Nanti kalian akan tahu dan tunggu
saja kabarku.” Aku
“Oh, baiklah.”
Aku langsung berjalan melewati
cincin itu. Saat aku melewatinya terdapat cahaya yang sangat terang dan itu
membuatku tidak bisa melihat apapun. Saat mencapai tiga langkah cahaya itu
menghilang dan aku membuka mataku. Aku kaget dan bertanya pada diriku sendiri “Ini
dimana?” Aku terus melihat sekelilingku, beberapa bangunan belum baru saja
dibuat dan belum selesai. Yah, ini masa lalu. Kami berhasil, Saat aku menoleh
belakang, aku melihat diriku berjalan keluar sekolah ini. Aku mengingatnya, ini
adalah saat di mana awal pendaftaran sekolah saat itu.
Sayangnya saat itu aku langsung
pulang, tunggu sebentar. Sebelum aku turun ada seorang peremuan yang berada di
sebelah kananku saat itu. Namanya… Stella, dia sekarang berada di kelas
olimpiade. Dia sangat pintar, aku sangat menyukainya. Mungkin aku bisa merubah
takdir agar aku dan dia bisa kenal sampai di masaku. Seingatku dia berada di
atas, aku langsung berlari ke lantai 3 untuk bertemu dengannya lagi. Lantai ke
tiga di ruang 20. Ruangan yang masih belum selesai. Ruang ini dindingnya sudah
jadi hanya saja belum di cat, atap juga sudah selesai dan pintunya sudah ada.
Aku berjalan mencarinya. Aku melihat
banyak orang di sini dan kebanyakan aku tidak pernah melihat mereka di masaku. Mungkin
mereka gagal di tes pada ini. Aku juga melihat Indra dan Dika. Aku menghampiri
mereka satu persatu.
“Indra”
“Hey, siapa kamu?”
“Kenalin namaku Kevin”
“Kevin ya. Tahu namaku dari mana?”
“Suatu hari kita akan bertemu
lagi. Kamu dan aku akan menjadi satu kelompok di ujian praktek fisika.”
“Yah. Entahlah. Kamu dari masa
depan?”
“Ya. Itu semua berkat alat yang
kita buat. Tolong jangan bicarakan ini kepada orang lain sampai kita
benar-benar membuat alat itu di ujian praktek nanti.”
“Oke. Semoga aku tidak lupa.”
Seketika Indra di masaku
mengirimkan pesan, “Kepalaku terasa seperti tersengat listrik dan aku mengingat
sesuatu tentangmu.” Aku membalas pesannya, “Yah, berarti ini berhasil.” Aku
melanjutkan berjalan ke arah Dika dan mengatakan hal yang sama pada Dika. Tapi
bukan itu tujuanku berada di sini. Aku mencari seorang perempuan yang berdiri
di sampingku. Seingatku, sebelum aku pergi dia berada di dekat jendela. Aku
berjalan dan melihat ke arah jendela. Aku melihat dia masih berdiri di sana dan
melihat ke luar jendela. Aku mendekatinya dan menepuk pundaknya.
“Hai”
“Eh, kamu. Udah selesai?”
“Iya, kamu dari tadi sendirian.”
“Aku emang sendirian. Yah, tadi
aku berharap namaku disebut di awal. Ternyata kamu duluan.”
“Ha ha, maaf ya.”
“Kenapa minta maaf? Gak ada yang
salah kok”
“Iya, eh… nama kamu siapa?”
“Aku Stella, kamu? Ke.. vin?”
“Iya kok tahu sih?”
“Kan tadi kamu dipanggil gimana
sih?”
“Ha, iya ya. Stella kamu kalau
diterima di sekolah ini mau masuk jurusan apa nantinya?”
“Ipa. Tapi gak tahu juga sih.
Kalau kamu?”
“Ah aku? Sama.”
“Mungkin suatu hari kita bisa
sekelas” Dia tersenyum padaku
“Kayaknya gak bisa deh” Ucapku dengan
wajah kecewa
“Kenapa? Kan bisa aja.”
“Yah, kamu itu pintar. Kita gak
akan bisa sekelas.”
“Kok ngomongnya gitu. Kita kan
belum tahu besok kita akan bagaimana. Kamu kayak tahu segalanya gitu deh. Tahu
masa depan.”
“Ya, mema…” Aku berhenti berkata
“Memang?” Raut wajahnya menjadi
bingung
“Ah, sudahlah. Dengarkan aku
sangat menyukaimu, jika kita tidak bisa bertemu suatu hari nanti… Aku hanya
ingin kau jangan pernah melupakanku dan aku tidak akan melupakanmu.” Ucapku sambil
memegang pundaknya
“Kamu kan baru kenal, kok udah
bilang suka gitu? Udahlah jangan berkata yang aneh-aneh kita tetap bisa ketemu
kok. Misal gak bisa… Kalau kamu butuh bantuan, mungkin aku bisa bantu.” Dia
tersenyum kembali
“Yah, terima kasih.”
Nama Stella pun dipanggil. Dia
berkata padaku, “Namaku sudah dipanggil, tunggu sebenar ya.” Aku hanya
mengangguk padanya. Aku menunggunya sesuai perkataannya. Setelah beberapa lama
aku pikir dia tidak akan kembali ke sini. Aku langsung turun dan berniat untuk
pulang. Saat aku turun, aku melihat guru pengampu fisika ku. Aku berjalan dan
menyapanya.
“Sore bu.”
“Iya, sore. Kamu udah selesai ya tesnya?”
“Iya bu. Ibu guru fisika?”
“Iya. Kamu tahu dari mana?”
“Ibu nanti tahu sendiri kok. Pas
aku sudah kelas 12 nanti.”
“Gitu ya? Siapa nama kamu?”
“Kevin bu. Kevin Adriansyah.”
“Oh. Ya… Ibu harap ucapanmu
benar.”
“Iya bu, ingat aja wajahku sampai
suatu saat nanti pas aku sudah kelas 12.”
“Iya nak, ibu pulang dulu.”
“Iya bu. Makasih.”
“Iya”
Sepertinya semuanya sudah
selesai, hanya itu cara agar dia bisa mengingatku dan percaya kalau aku sudah
berada di masa lalu. Aku melanjutkan berjalan pulang, saat aku melewati gerbang
hal yang aneh terjadi. Aku melihat seseorang yang bisa mengendalikan orang
lain. Aku berlari ke arahnya dan berteriak, “Hey, apa yang kamu lakukan?” Dia
berlari menjauhiku. Aku langsung mengejarnya. Aku percepat gerakanku, aku
melihat ada banyak polisi di sini. Aku berteriak, “Polisi, tangkap dia!” Orang
itu juga berteriak “Diam!” Seketika semua orang di tempat ini berhenti dan
suasana tempat ini menjadi hening.
Aku masih berlari mengejarnya,
aku gunakan tanganku untuk menggapai tubuhnya. Aku berhasil meraih bajunya dan
menariknya sampai kami berdua terjatuh. Aku dan dia kembali berdiri dan dia
berkata, “Sekarang, kau harus tunduk kepadaku. Tunduklah” Aku terdiam sejenak,
saat dia kebingungan aku langsung memukulnya. Aku terus memukulnya sampai dia terjatuh
dan memohon padaku.
“Tolong hentikan. Maafkan aku!”
“Sebenarnya siapa kau sebenarnya”
Aku menghentikan pukulanku sambil mencekik lehernya pelan
“Tolong. Jangan bunuh aku. Aku…
pernah… melihat… wa… jahmu…”
Aku melepaskan cekikkanku dan dia
terbatuk-batuk.
“Apa maksudmu? Siapa namamu?” Aku
berteriak padanya
“Kau mirip kakekku. Namanya Kevin
Adriansyah. Uhk.. uhk ..” ia masih terbatuk-batuk
“Ya, itu namaku. Kau dari masa
depan? Cucuku? Siapa namamu?”
“Aku… Raka Adriansyah. Jadi? Aku…
ada di masa lalumu?”
Bersambung …
Terima kasih atas kunjungannya.
Sekali lagi maaf apabila saya post terlambat. Mohon doanya juga karena saya
sedang dalam Ujian Akhir Semester 1. Saya akan berusaha post tepat waktu.
Cerpen ini saya buat bersambung karena saya pikir akan terlalu panjang jika
saya post dalam 1 hari. Tunggu kelanjutannya minggu depan ya! Terima Kasih.
Salam #AditDC
http://www.aditya2004.blogspot.co.id/2015/12/kembali-ke-masa-lalu-2.html
BalasHapus