HUJAN YANG TAK BERHENTI

“Selamat tinggal kenangan”
Genre: Romance

“Bunga mawar yang mekar. Dari sini kita bisa melihatnya, semua bunga yang telah mekar dan terlihat sangat indah. Ah… perpisahan ini… aku ingat hari itu di mana kita tertawa dan menangis bersama, rasanya seperti baru kemarin. Tiap kali aku melihat bunga itu, aku selalu mengingat kenangan kita saat itu. Mungkin kita harus berpisah, aku pikir jalan ini... adalah jalan yang tepat menuju masa depan kita.” Aku selalu berbicara sendiri seolah dirinya ada di sampingku dan mendengarkan ucapanku. Aku mengingat hari-hari saat aku dan dia bersama.
Aku mengingat saat kami berdua duduk bersama dan memandang bunga mawar itu bersama. Sambil memandangi bunga itu, Ia berkata padaku “Rasanya mereka akan mekar lebih cepat dari biasanya, Ia tampak sangat bahagia karenanya. Aku terus memandangi dirinya, aku hanya bisa tertawa dan berkata, “Ya, itu benar.” Aku merasa harus mengatakan itu meskipun aku tahu bahwa setelah itu kami mungkin tak akan bisa kembali kemari. Sebenarnya aku ingin terus bersamanya, tapi entah bagaimana caranya. Aku bahkan tidak tahu bagaimana cara untuk menyampaikan perasaan ini padanya. Rasanya aku tidak bisa mengucapkan kata-kata padanya setiap aku bersamanya. Mungkin perasaan takutku ini yang membuatku terus terdiam saat bersama dengannya, atau mungkin... aku terlalu kagum saat melihat dirinya sehingga aku tidak sanggup untuk berkata. Yah, ini mungkin yang pertama dan terakhr. Hari dimana kami berjalan pulang bersama, hari itu akan selalu menjadi kenangan berharga. Aku tak akan pernah melupakannya.
Sungguh, Aku terus berharap kami akan bertemu lagi suatu hari nanti, saat kami berpisah di perempatan jalan, aku berbisik pelan, “Selamat tinggal.” Aku memandang langit senja, itu membuatku sedikit menangis. Aku berlari ke arahnya dan aku berpikir tak apa untuk mengambil arah memutar, aku hanya ingin bersamanya sepanjang yang aku bisa. Saat aku berada di belakangnya Ia kaget dan bertanya padaku, “Bukannya kamu tadi udah jalan ke arah sana ya?” ucapnya sambil menunjuk jalan. “Masa sih? Mungkin bukan aku. Kamu salah lihat kali.” “Rumahmu kan ke arah sana?” Tanya dia. Aku terpaksa berbohong dan berkata padanya, “Di sana lagi ada perbaikan jalan” Di sepanjang jalan, aku berjalan dan  bercanda dengannya. Ia tertawa, wajahnya yang begitu berseri membuatku mengalihkan mataku.
Rasanya aku ingin mengungkapkan perasaan ini tapi rasanya aku tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Aku berjalan dan terus memegang perasaan ini dalam hatiku. Aku teringat kembali ketika Ia memanggil namaku di malam setiap kami berjalan pulang berdua. Aku tak akan pernah melupakannya. Aku ingin berterima kasih karena aku bertemu dengan seseorang seperti dirinya. Aku memegang tangannya dan mencoba memberanikan diriku untuk berkata padanya. Saat aku memegang tangannya ia melihat wajahku dan bertanya.
“Ada apa?”
“Aku ingin tahu berapa banyak aku berubah sejak pertama kali kita melihat bunga mawar yang mekar?
“Kamu masih sama seperti yang dulu”
Aku tersenyum sambil melihat wajahnya. Kau tahu. Pertama kali ku melihatmu, aku pikir sepertinya aku akan jatuh cinta dengan orang ini. Aku ingin tahu kenapa… tapi aku tak tahu… jika saja kau tahu… sejak saat itu setiap hari rasanya jadi menyenangkan dan kemudian, sama menyakitkannya setelah itu.” ucapku dalam hati. Aku masih sedikit gugup. Dia bertanya padaku dan itu membuatku kaget.
“Kamu kok diam?” Ucapnya sambil mengerutkan dahinya
Maaf, aku tak bisa mengatakannya dengan baik…
“Mengatakan apa?”
Aku bingung apa yang harus ku katakan padamu. Aku tak ingin katakan selamat tinggal padamu, sebenarnya aku tak ingin kita tetap sebagai teman…
Aku pikir aku harus mengatakannya sekarang, “Aku selalu… aku selalu selalu mencintaimu!”

Ah…akhirnya aku mengatakannya. Dia menutup mulutnya, matanya berkaca-kaca dan raut wajahnya menunjukkan kekecewaan. Ia berkata, “Maaf, aku-” Ia berhenti berkata saat aku melepaskan pegangan tanganku. Aku menahan air mataku dan langsung berbalik ke arah pulangku. Aku berkata padanya “Terima kasih atas semuanya. Aku sudah tahu.”. Terasa sangat sulit sekali melupakan kenangan itu. Aku tidak bisa melupakannya, aku mengucapkan kata itu walaupun sudah terlambat. Selamat tinggal kenangan.
---------------------------------------------------------------------------------
Terima kasih telah berkunjung di #AditDC . Seperti yang di janjikan ini adalah post terakhir tahun ini. Cerpen ini hasil konversi dari lagu milik "Supercell" yang berjudul "Sayonara Memories" saya juga menaruh judul lagunya di sub judul untuk menghormatinya. Maaf jika pendek cerpen terakhir ini, karena lagunya cuma satu jadi sedikit susah memanjangkannya menjadi sebuah cerita. Baiklah, saya Aditya Dwi Cahyo dan segenap keluarga saya mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya dan juga mengucapkan, "Selamat Liburan". Semoga liburan kalian menyenangkan tahun ini. Tahun depan mungkin saya akan sedikit lebih sibuk dari tahun ini, tapi akan saya usahakan. Selamat Tahun Baru, semoga tahun esok lebih baik dari tahun ini. #AditDC

Komentar

  1. http://aditya2004.blogspot.co.id/2015/12/hujan-yang-tak-berhenti.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Tulis komentar kamu tentang posting ini !

Postingan populer dari blog ini

Tanpa Judul Eps. 2 (Ini Nyata !)

Not Only in The Games (?) - Eps. 1 (Perempuan Misterius)

Hanya Karya