Kembali ke Masa Lalu (Bagian 3)

“Seseorang”
Genre: Fiksi, Fantasi, Drama

“Aku… Raka Adriansyah. Jadi? Aku… ada di masa lalumu?”
“Kenapa malah tanya aku?”
“Tunggu dulu. Mana mungkin aku bisa ke masa lalu orang lain? Kecuali ada orang lain yang menggunakan alat yang sama untuk masuk ke masa lalu.”
“Kau bicara tentang apa?”
“Alat yang diciptakan kakekku bisa membuat sebuah portal menuju masa lalu.”
“Itu alatku. Jadi alat ini masih digunakan sampai masa mu?”
“Entahlah. Di masaku kau berbicara padaku … “
“Cukup! Jangan menceritakan masa depan. Aku tidak ingin mendengarnya.” Aku memotong perkataannya
“Baik, sekarang aku tahu kenapa hanya kau yang tidak bisa aku kendalikan.”
“Yah, jangan cerita yang aneh-aneh. Sekarang ceritakan padaku. Bagaimana kamu bisa masuk ke sini?”
“Baik, kakek bisa sabar sebentar.”
“Dan jangan memanggilku kakek.”
“Hahaha, maaf. Jadi sebelumnya aku kembali ke masa laluku untuk membenahi semuanya. Sebenarnya bukan membenahi tapi melihat semua kejadian yang terjadi saat itu. Saat aku ingin pergi ke masa laluku yang lain menggunakkan alat di tanganku ini, tiba-tiba aku masuk ke sini. Aku kira ini masa laluku, tapi saat aku lihat ini bukan masa laluku.”
“Berapa kali kamu bisa pergi?”
“Dua kali, pertama dari portal langsung dan yang terakhir aku ada di sini.”
“Bagaimana kau bisa menggunakan alatku ini?”
“Entah, aku hanya mengoperasikannya sesuai referensi yang kau buat dan sebelumnya kau memberikan sesuatu yang aneh. Benda itu yang membuat alat ini bekerja.”
“Jadi begitu. Apakah masih ada batasan waktu?”
“Yah, 4 jam. Sebelumnya tidak ada yang bisa menggunakannya. Mungkin karena kau menyembunyikan satu bahan penting dalam alat itu.”
“Berapa sisa waktumu?”
“5 menit lagi.”
“Tunggu dulu. Aku masih bingung. Kau membuat portal baru ke masa lalu yang lain menggunakan gelang itu. Lalu bagaimana caramu kembali jika kamu sekarang berada di masa lalu yang berbeda dengan tujuan dari portal awal?”
“Entah. Di masaku kau bilang, dulu kau gagal kembali dan isterimu lah yang membantumu sehingga kau bisa kembali.”
“Isteri? Siapa?”
“Mmm… Stella Natalia?”
“Dia? Aku bahkan tidak kenal dengannya di masaku.”
“Entahlah. Aku juga tidak tahu. Apa yang kau lakukan di masa lalumu?”
“Jangan-jangan masa depan memang sudah berubah. Aku hanya berniat untuk menguji alatku, tapi ternyata masa ini juga merubah masa depan.”
“Yah, waktuku tinggal 2 menit. Stella memberikanku alat untuk mengendalikan pikiran orang di masa lalu. Katanya jika kau pergi ke masa lalu, sebaiknya jangan sampai ada orang di sana yang melihatmu.”
“Baik baik, Aku ingin melihat masa laluku. Awal aku masuk ke kelas 12. Apakah juga berubah atau tidak.”
“Ya, kau hanya tinggal menekannya. Tapi sebaiknya jangan sekarang.”
“Kenapa?”
“Biarkan aku kembali dan menutup portalku dulu.”
“Perasaanku tidak enak.”
“Hei, kenapa kau tidak ke masaku saja dan melihat apa yang terjadi?”
“Tidak. Jika aku melewati portal yang berbeda mungkin saja… aku tidak akan bisa hidup lagi. Ingat pesanku, setelah kau sampai di sana hancurkan saja alatku ini agar tidak ada yang bisa ke masa lalu dan merubah takdir lagi.”
“Baiklah, hei… wow…”
Awan Kumulonimbus itu kembali terlihat. Portal itu sama seperti milikku. Sedikit demi sedikit tubuh Raka hilang seperti pasir yang beterbangan. Aku rasa tubuhku juga ikut tertarik ke dalam portal itu, bagaimana ini. Raka kaget saat melihatku juga ikut tertarik ke portal itu. Ia berteriak padaku “Tekan tombol di gelangmu itu.” Tanpa pikir panjang aku langsung mengatur waktu yang aku inginkan dan menekannya. Seketika aku tidak melihat apapun, hanya cahaya putih yang terang.
Saat cahaya itu menghilang, aku langusng membuka mataku. Aku sempat tidak percaya kalau aku sekarang sedang berada di sekolahku. Kenapa harus sekolah? Apa karena portal awalku ada di sekolah. Waktuku tinggal 1 jam lagi. Aku hanya ingin melihat-lihat dan kembali ke masaku lagi. Saat ini aku berada di lab. Fisika, tempatnya sama persis seperti portal awal. Entah mengapa tempat ini sangat ramai, sepertinya aku belum pernah ke sini sebelumnya.
Aku berjalan keluar lab. Fisika dan berjalan ke kanan. Jalan lurus menuju lapangan. Aku hampir tidak bisa melihat lapangan, tempat ini sekarang seperti sarang semut. Aku memilih untuk berjalan memutar. Aku melihat papan pengumuman di sana. Saat aku membacanya, ternyata hari ini adalah hari di mana pendafataran murid di sekolahku dilaksanakan. Aku tidak pernah ke sini saat itu. Tunggu, aku melihat Stella di sana. Sedang apa dia disana, aku berjalan ke sana dan menemuinya.
“Hai” Aku menyapanya
“Eh, kamu.”
“Aku siapa?”
“Kevin kan? Kamu ngurus pendaftaran juga?”
“Gak kok. Cuma main, lagian di rumah gak ada kerjaan.”
“Udah lama banget gak lihat kamu. Terakhir waktu kita pendaftaran.”
“Oh... itu.” Aku bingung
“Tapi tinggi kamu kayaknya gak berubah deh.”
“Hahaha, masa sih? Kamu sekarang di kelas olimpiade kan?”
“Kok kamu tahu sih?”
“Tahu lah. Siapa coba yang gak tahu kamu? Lagi istirahat ya?”
“Iya. Yah, setahun lagi kita udah gak di sini. Rasanya cepat banget ya.”
“Ya.” Aku merasa sedih dan menatap ke bawah
“Kenapa? Kamu ada masalah? Butuh bantuan?”
“Gak kok. Mungkin suatu hari. Eh kamu gak ngurusin itu? Malah ngobrol dari tadi.”
“Hahaha, yah. 1 menit lagi. Aku masih mau istirahat sebentar.”
“5 menit lagi” Aku berbicara pelan
“Ada apa 5 menit lagi?”
“Oh, gak kok. Gak papa.”
“Ya udah, aku ke sana dulu” Ucapnya sambil menunjuk
“Yah. Makasih.” Aku tersenyum
“Buat apa?”
“Makasih aja.”
“Ya deh. Dah.”
Aku berjalan berlawanan arah dengannya. Sekarang waktuku tinggal 2 menit, aku harus kembali ke lab. Fisika. Aku berjalan melewati puluhan mungkin ratusan orang. Sulit sekali, semua jalan dipenuhi mereka. Aku berlari lewat jalan sebelah lapangan dan belok ke kiri untuk menuju lab. Fisika. Saat aku sampai, tempat itu tertutup. Terpaksa aku harus lewat pintu lain. aku berlari ke lab. Kimia dan membuka pintu yang mengarah ke lab. Fisika. Waktuku tinggal 1 menit. Aku berlari dan terus berlari. Sampai aku benar-benar berada di sana.
Aku langsung mengirim pesan kepada Dika untuk segera mengembalikanku. Ia meresponnya dan menjawab “Baik.” Aku menunggunya. Sekarang waktuku tinggal 40 detik. Ada apa ini? Dari tadi portal tidak terbuka. Aku menunggu cukup lama. Waktuku sekarang hanya 20 detik. Dika mengirimkan pesan kepadaku “Maaf, Alatnya tidak berfungsi. Kami akan mengusahakannya.”
Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tunggu dulu. Aku mengingat kata-kata Raka tadi. Sepertinya ia berkata padaku bahwa aku tidak bisa kembali ke masaku. Lalu siapa yang membuatku bisa kembali ke masaku? Stella. Yah, mungkin saja dia bisa. Tapi bagaimana cara menghubunginya? Apakah aku harus membuat ingatan kepadanya di masa ini agar di masaku ia bisa menolongku, atau… aku mengirim pesan kepada Dika dan Indra untuk memanggi Stella untuk menolongku sekarang. Mungkinkah Stella bisa menolongku? Dia saja belum tahu cara kerja alat ini.
Ah… waktuku tinggal 10 detik. Aku akan mengirimkan pesan kepada Dika sekarang. Aku meminta mereka untuk segera memanggil Stella. Entah apa yang mereka lakukan di sana. Aku hanya bisa menunggu di sini. Waktuku tinggal 5 detik, apa sebenarnya yang mereka lakukan. Oh, tidak… 3… 2… 1... Seketika portal terbuka. Aku cukup kaget, tunggu siapa orang di jendela itu. Dia terus melihatku dari tadi. Dia… Stella… tidak mungkin. Ini akan terus berputar. Sepertinya bukan hanya Stella. Ada orang lain yang membuka kunci ruangan ini. Aku berharap sekali aku bisa pergi sebelum mereka masuk. Aku menutup mataku.
Saat aku membuka mataku, aku sudah kembali ke masaku. Semua orang bertepuk tangan. Entah ada apa. Jantungku masih berdetak kencang dan sekarang aku kebingungan. Aku melihat sekeliling dan di sini ada Stella. Aku bertanya pada ke dua teman sekelompokku.
“Ada apa Dik?”
“Kita berhasil. Tapi aku masih bingung, kenapa kamu bisa tahu kalau stella bisa membenahi kesalahan di alat ini?”
“Aku bukan cuma bertemu orang-orang di masa lalu. Tapi aku bertemu seseorang dari masa depan. Saat aku berbicara padamu di masa lalu… ternyata itu sudah merubah kejadian kita selanjutnya. Saat aku cek pada tahun selanjutnya saat kita kelas 12 ternyata masih sama. Aku bertemu Stella dua kali dan aku rasa cuma dia yang bisa bantu.”
“Gak mungkin kalau cuma feeling. Pasti kamu udah tahu sesuatu.”
“Yah, sebaiknya tidak aku ceritakan. Seseorang dari masa depan itu tercipta juga karenaku. Mungkin jika aku tidak merubah takdir ini. Aku tidak akan bisa kembali ke masa kita saat ini.”
“Begitu ya. Baguslah kamu bisa kembali.”
“Sebaiknya kita tidak mengoperasikan alat ini dulu. Masih berbahaya. Aku akan menyimpan gas itu agar tidak ada orang lain yang menggunakannya.”
“Ya udah masukin aja lagi ke tempat awalnya. “
“Yah.”
Setelah semua itu selesai aku kira ada baiknya aku kembali ke masa lalu. Sebenarnya aku ingin menghancurkan alat ini sekarang, tapi aku tidak mau merubah takdir itu lagi. Semoga orang itu benar-benar sudah menghancurkan alat ini. Itu hanya harapanku. Saat selesai memindahkan semua gas ke tempat awal, aku berjalan ke arah Stella dan menepuk pundaknya.
“Hai”
“Eh, kamu.”
“Kamu gak berubah ya?”
“Hahaha, aku ingat beberapa bulan sebelum hari ini. Aku melihatmu terkurung di lab. Fisika. Aku memanggil seorang guru untuk membuka pintunya. Aku melihatmu menghilang seperti pasir, sedikit demi sedikit. Aku tidak tahu, itu imajinasiku atau bukan. Saat guru itu membuka pintu. Kamu sudah tidak ada.”
“Yah, entahlah. Mungkin saja saat itu adalah hari ini.”
“Maksudmu? Kamu kembali ke beberapa bulan sebelum hari ini?”
“Yah begitulah.”
“Pantas saja saat itu kamu bilang 5 menit lagi.”
“Terima kasih ya.”
“Aku masih bingung. Kenapa harus aku? Kamu kok bisa tahu kalau aku bisa benerin kesalahan di alatmu?”
“Udahlah, jangan permasalahkan itu. Suatu hari aku ceritain deh.”
“Suatu hari… terus.”
“Ya, gimana? Kamu ngerasa kepala kamu sakit akhir-akhir ini?”
“Iya, abis sakit terus kayak inget sesuatu gitu. Aneh banget.”
“Hahaha, Semoga kita bisa ketemu lagi.”
“Iya iya. Eh, aku ke kelas dulu.”
“Yap. Dah.”
“Dah”
Entah sakit seperti apa yang ia rasakan. Jika saja aku terus memberikan memori baru apa yang akan terjadi pada mereka semua. Alat yang bisa mengendalikan orang? Hahaha. Mungkin saja ada. Aku berjanji tidak akan ada lagi yang menggunakan alat ini kecuali jika itu memang takdirnya. Aku menunggumu Raka. Mungkin saja setelah hancur alat ini bukan menjadi alat kembali ke masa lalu. Mungkin alat penurun hujan atau hanya menjadi tumpukkan sampah. Kita harus ingat, jangan pernah merubah masa lalu kalau kamu tidak ingin merusak masa depan.
-TAMAT-
Terima kasih telah berkunjung di #AditDC

      Mungkin saja #AditDC akan memberikan post terakhir minggu depan dan mungkin tidak. Aku tidak bisa melihat masa depan, tapi aku akan berusaha. Saya Aditya Dwi Cahyo mengucapkan SELAMAT LIBURAN, SELAMAT NATAL bagi umat yang merayakan, dan TAHUN BARU untuk semuanya semoga tahun depan aku bisa berubah menjadi lebih baik lagi. Menjadi apa yang kalian inginkan. Terima Kasih. Salam #AditDC

Komentar

  1. http://aditya2004.blogspot.co.id/2015/12/kembali-ke-masa-lalu-3.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Tulis komentar kamu tentang posting ini !

Postingan populer dari blog ini

Tanpa Judul Eps. 2 (Ini Nyata !)

Not Only in The Games (?) - Eps. 1 (Perempuan Misterius)

Hanya Karya